Sunday, August 14, 2011

...Aku dan Dirimu...

Kalau diibaratkan pantai,
Mungkin engkaulah ombak
Yang senantiasa rela
Menghempaskan diri ke pantai
Buat pembasuh segala perit
Dan calar yang terlukis di persisirannya...

Namun,
Jangan pula kau lupa
Pantai juga ada lukanya
Pantai juga ada mahunya
Pantai juga ada sepinya

Dan...
Kalau diibaratkan pohon,
Mungkin engkaulah si akarnya
Yang sentiasa mencengkam bumi
Agarkan tumbuh daun yang rending
Bunga yang mekar
Buah yang manis
Begitulah dirimu...

Namun...
Jangan pula kau lupa,
Akar juga ada perosaknya
Akar juga ada ceritanya
Cuma ia terlindung jauh di dalam...
Dan kalau diibaratkan awan,
Engkaulah taman si burung
Yang menjadi padang permainan
Dan tempat melayarkan impian
Dari setiap sayap yang dikuakkan...

Namun...
Jangan pula kau lupa
Awan ada juga gelapnya
Awan ada juga mendungnya
Cuma tergantung di atas
Tanpa tiang
Tak terlihat jika mendongak

Dan...
Aku sebagai rumput yang telah lama
Terpijak dek keki yang meredah bumi
Berdoalah kiranya...
Kalau kau jadi ombak
Biarlah ombak yang tabah
Biarlah ombak yang redha
Biarlah engkau jadi ombak yang sentiasa
Ada dengan bunyinya
Dan dalam kedamaian sehinggalah tiba masa
Terhentinya segala pergerakan isi bumi ini...
Munculnya saat yang paling sunyi...

Dan...
Aku berdoalah kiranya...
Engkau jadi akar,
Biarlah akar yang teguh
Biarlah akar yang jiwanya hidup
Biarlah engkau jadi akar yang sihat
Dengan jalarnya
Dalam perjalanan yang berliku tetapi,
Member nafas pada si bunga dan buah...
Sehinggalah masanya pohon yang subur itu
Takdirnya tiba...
Membawa segala mekar dan suburnya ke dalam tanah
Demi berakhirnya sebuah kehidupan si pohon yang rending...

Dan aku berdoalah kiranya...
Kalau engkau jadi awan,
Jadilah awan yang gembira
Jadilah awan yang putih
Jadilah awan yang manis
Dengan senyuman
Bersama kicauan burung
Melakar warna didada langit
Mungkin seindah pelangi
Atau semerdu suara angin...
Sebelum tiba masanya...kegelapan
Menyelubungi segenap penjuru bumi
Sehingga awan yang tergantung indah,
Jatuh bertaburan,
Demi berakhirnya sebuah kehidupan
Dan suatu anugerah yang dinamakan...
Dunia yang fana...

Dan aku...
Sebagai si tunggul
Yang reput di tepi pelabuhan...
Tetap menanti, tetap menjalani
Kehidupan seadanya aku...
Tapi aku tetap berdoa engkau sebagai...
Engkau adalah yang bahagia dan gembira...

Dan aku...
Biarlah aku begini...
Hanya mendoakan segalanya dari jauh
Harapanku...
Semoga engkau memperoleh segalanya...
Sedang aku, biarlah...
Hanya menadah hujan yang kadangkala turun
Dan kadangkala
Entah dimana meskipun dinanti berkurun.

No comments:

Post a Comment